OPINI  

Mengusik “Kenyamanan” Partai Demokrat

Oleh: Muhammad Akil Musi (Dosen UNM/ Bukan Pengamat Politik)

Saya bukanlah seorang pengamat politik, terlebih lagi seorang politisi. Tapi sebagai seorang akademisi yang kerjanya “melihat, mendengar dan menghayati”, tentulah kasus yang mendera partai demokrat tak luput dari “tontonan”, meski ibarat sebatas “running text” saja.

Seperti kita tahu bersama, bahwa saat ini bukanlah masa kampaye sebagaimana jelang pemilu. Tapi bagi Partai Demokrat (khususnya kubu AHY), seakan kasus yang menimpanya laksana “free advertising” sebab bisa merajai seluruh media baik elektronik dan tentu saja media sosial.

Kick off tanda dimulainya pertandingan, belumlah ditiup. Namun bagi Partai Demokrat, kasus yang menimpanya ibarat training session atau semacam uji coba untuk mengenal secara dini betapa kerasnya pertarungan “liga” politik saat ini.  

Partai Demokrat sedang menjalani sebuah “takdir” dunia politik. Sepertinya memang tampak sebuah kesengsaraan tapi bisa jadi membawa nikmat. Bagaimana tidak, seseorang yang tadinya “tak mengenal” partai Mercy ini berkata, “kasihan ya demokrat!”.   

Tidak hanya itu, nestapa yang menimpa Partai Demokrat saat ini tidak hanya menjadi “common enemy” bagi mereka yang pro demokrasi, tetapi bisa menjadi sebab sehingga kekuatan menengah ke bawah akan semakin terkonsolidasi dengan baik.

Dengan begitu, orang-orang akan merepresentasi partai ini sebagai simbol dan perjuangan dalam menegakkan demokrasi yang dengan sendirinya akan membuat partai ini akan memperoleh simpatik dari berbagai kalangan.

Munculnya simpatik masyarakat tertentu atas “musibah” yang menimpa demokrat boleh jadi membawa hikmah sebab solidaritas dari berbagai kalangan karena merasa partai ini terdzalimi. Kadzaliman kita tahu adalah musuh bersaama setiap orang meski tak saling mengenal.

Selain itu, manajamen partai terutama pada pusat pengendalian partai yang selama ini dikenal dengan  istilah “Cikeas family” pasti akan dibenahi sebab hal ini menjadi salah satu “titik lemah” dan “reasonable” bagi yang anti demokrat.

Salah satu pekerjaan berat sebuah partai tentulah membangun citra partai. Salah satu citra partai adalah melegitimasi harapan rakyat. Bagi partai demokrat secara tak langsung telah bekerja dari sekarang dengan adanya perisitiwa yang menimpanya dan akan membuatnya semakin matang.

Sepertinya perahu Demokrat sedang mengarungi bahtera yang bergelombang. Nahkodanya dituntut mengemudikannya untuk berlabuh pada sebuah dermaga impian dimana  para penjemputnya telah menunggu disana!.

Katanya, “Tak ada pelaut handal yang lahir di laut yang tenang”. Arus ini bisa jadi akan menguatkan partai Biru ini akan semakin kuat terhadap hempasan dan gelombang serta paham akan karang yang harus diterjang.   

Jika demokrat berhasil melalui segala coba dan tantangan ini, ada kemungkinan partai ini akan  “dipandang” sebagai rumah aspirasi rakyat dimana akan menjadi hunian bersama bagi mereka yang selalu merindukan keadilan dalam demokrasi.

Partai Demokrat sedang diuji oleh godaan “kehidupan”. Well, kita tahu bahwa selama ini ada tiga elemen yang bisa menghancurkan manusia dan mungkin juga sebuah partai yakni harta (korupsi), wanita (skandal) dan tahta (kekuasaan) dan tentu bertambah satu lagi yakni kudeta.

Meski begitu, Partai Demokrat juga seharusnya menjadikan peristiwa ini sebagai “kontemplasi” sebab boleh jadi ini adalah bagian dari “karma”, sebagai penebus dosa “masa lalu” sebab bagaimanapun juga tentulah partai ini bukan tanpa cela.

“Great things never come from comfort zones”. Ya…Konon, hal-hal besar tidak pernah datang dari zona yang nyaman. Mungkinkah “ketidaknyamanan” yang dialami Partai Demokrat adalah isyarat bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang besar?. Wait and see!.

Demikian sebuah analisa yang tentu sangat dangkal. Maklum lah, bukan seorang pengamat politik. Wassalam.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *