Daerah  

Sopir Angkot di Pemalang Menjerit Pasca Kenaikan Harga BBM

Mobil angkot di Pemalang yang antri menunggu penumpang di pangkalannya. (Medium Indonesia/ Ragil)

Mediumindonesia.com, Pemalang – Angkutan kota warna biru atau yang lebih dikenal oleh Warga kota Pemalang, sebagai Koperanda kini nasibnya memilukan.

Betapa tidak baru saja armada yang mulai beroperasi, sejak tahun 1989 silam, para sopirnya dihantam badai virus Corona, selama hampir dua tahun.

Dimana para pelajar, yang menjadi Penumpang langganannya, tidak masuk sekolah, sehingga otomatis mengurangi pendapatannya, belum dengan aturan PPKM, yang mana armada warna biru tersebut, dilarang melewati trayek resminya, karena alasan penyekatan, kini ketika bencana Corona berlalu, muncul masalah baru, yaitu kenaikan harga bahan minyak atau BBM.

Edi (50) salah seorang sopir angkot jurusan Sirandu – Petarukan, menuturkan jika dirinya sekarang jarang narik angkot disebabkan karena mahalnya harga BBM yang menjadi modal untuk mencari penumpang.

“Tinggal kenangan mas, kejayaan para sopir angkot,” katanya dengan raut wajah sedih. Sabtu (17/9/2022).

Menurutnya, sekarang untuk bisa mendapatkan sisa uang setoran dan beli bensin, sebesar Rp50 ribu sangat sulit, padahal menurut Edi, hampir semua angkot tidak pakai kondektur atau kernet.

“Boro – boro bayar kernet mas, buat sisa sopir saja, mepet,” imbuhnya.

Sementara itu, DPC Organda Kabupaten Pemalang, telah mengambil kebijakan dengan menaikkan tarif angkutan kota, sebesar 10 – 20 %.

Ketua DPC Organda Pemalang, Andi Rustono menuturkan langkah yang dilakukan pihaknya sebagai upaya membantu pendapatan para sopir angkot.

Disisi lain, yang mempengaruhi turunnya pendapatan para sopir angkot disebabkan semakin banyaknya ojek online (ojol), kemudian banyaknya warga Masyarakat yang mempunyai kendaraan sendiri, ditambah masih beroperasinya kendaraan odong – odong yang sudah dilarang.

“Kami sudah melayangkan surat keberatan, beroperasinya kendaraan odong – odong, ke beberapa Intansi terkait, akan tatapi sampai sekarang, masih banyak terlihat kendaraan kereta gandeng,” ujarnya.

 

Penulis: Ragil Surono



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *