Degradasi Moral Pendidikan Era Covid 19.

Penulis : Prof.Rasyid Masri
Assalamu’alaikum, Warahmatullahi wabarakatuh.
Banyak kalangan yang protes tak ada frasa agama dalam draf peta jalan pendidik Indonesia 2020-2035 banyak yang menilai ada upaya tertentu untuk menghilangkannya, jalan pendidikan kedepan tergerusnya nilai spritualitas agama, dalam bahasa lugasnya kata agama menghilang kalau tak mau di sebut dihilangkan, yang kemudian oleh ke mendikbud menjelaskan tak perna ada upaya menghilangkan frase agama dengan menghilangkan kata Ketuhanan yang maha esa dlm peta jakan pendidikan Indonesia, namun bola liar, polimik terus berjalan. Terlepas dari polimik tersebut suasana kebatinan dunia pendidikan era covid begitu kehilangan jiwa dan sentuhan humanis antara guru ,dosen dan anak didik.

Semboyang “ Tut Wuri Handayani “ diperjuangkan oleh KI Hajar Dewantara, mulai kehilangan kekuatan “ magis’ nya , kehilangan jiwa dan roh esensi pendidikan dalam paradigma pendidikan negeri kita.
Proses degradasi moral pendidikan di era covid terus memperlihatkan penurunan tingkah laku anak didik, kurangnya sentuhan hati nurani, sentuhan humanis menurunnya tingkat ke sadaran sosial dan agama begitu amat memprihatinkan anak bangsa hari ini .

Sekolah bahkan perguruan tinggi banyak yang mengedepankan kuantitas jumlah siswa dan mahasiswa tapi mengabaikan kualitas, contoh proses ujian dan penyelesaian sarjana, magister dan Doktoral mulai dari ujian proposal sampai dengan ujian hasil dan tutup terasa begitu formalitas apa adanya, kalau tak mau disebut ada apanya, apatalagi di era covid dengan sistem pembelajaran virtual daring, sungguh memprihatinkan suasana perkulihan dan pembelajaran era covid sungguh terasa kehilangan spirit moralitas, guru dan dosen tak lagi bisa memberikan ketauladanan langsung bahkan plagiarisme di dunia pendidikan begitu membabi buta , yang sepertinya sekolah dan perguruan tinggi sudah kehabisan akal sehat untuk mengatasinya, degradasi moral, moralitas akademik jadi taruhan.

Era covid 19 melahirkan banyak budaya buruk dunia pendidikan, mematikan kreativitas dosen dan guru, banyak yang kehilangan semagat belajar dan cenderung melahirkan pembelajaran ‘cuekisme ‘ guru dan dosen menjelaskan materi melalui sistem virtual daring dengan serius tapi siswa dan mahasiswa terkadang hp dan laptop nya dibiarkan tergeletak dan sibuk kerja yang lain tidak fokus mendengarkan materi pembelajaran dan penjelasan guru dan Dosen yang sudah berbusa busa mengajar di cuekin namun kebanyakan siswa dan mahasiswa abai begitu saja bagai angin lalu tak berbekas .

Kondisi yang memprihatinkan tersebut dapat mengerus moral anak didik ‘ maka sistem pembelahan virtual lewat daring on line menyisahkan banyak duka dunia pendidikan bagi kalangan orang tua dan masyrakat tertentu.
Potensi krisis moralitas anak didik dan frustrasi orang tua menjadi tantangan dunia pendidikan bahkan jadi tamparan keras bagi dunia kampus dan dunia pendidikan pada umumnya .

Sudah waktunya dicarikan solusi cerdas sistem perkulihan dan pembelajaran secara tatap muka secara terbatas dan tertata mengigat masyarakat dan orang tua udah bosan dengan covid tapi disisi lain pasar, dan keramaian lain juga sudah jalan seperti biasa, kantor dan lembaga lembaga sosial dan keagamaan sudah tetap jalan dan biasa saja dalam berbagai pertemuan , maka sudah waktunya evaluasi sistem pembelahan virtual , dibutuhkan kontribusi semua pihak untuk mengatasi dampak luas dari sistem pembelajaran daring terutama krisis moralitas anak didik dan krisis kepribadian dalam pembentukan pendidikan karakter anak didik di masa depan.
W assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. (**)



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *